Oleh: Ulfah Mawatul Khoiriyah
Selepas pergimu tak
banyak yang bisa kuingat
Kecuali nadi yang
memaksa untuk berhenti.
Bagaimana?
Setelah mencabik-cabik,
merobek, lalu menikam dengan tajam
Apa kau sudah puas?
Melihat aku begitu banyak kehilangan separuh atasiaku.
Bagaimana?
Dengan duri yang kau
tusukan kepadaku lewat mawar itu, indah?
Meringis kesakitan pun
tiada pernah kau peduli, berkali-kali.
Aku pernah ..
Mengiramu seperti
senja, membuatmu sebagai tempat berpulangku
Menjadikanmu layaknya
tuan budak-budak yang diperjualbelikan, dengan menyanjungimu, mengagungkanmu,
lalu menunduk padamu.
Dan ternyata aku kau
injak seperti semut kecil yang tak terlihat,
Aku kau buang bak
sampah yang tidak diperlukan lagi,
Apa kau sedang tak
sehat sayang?
Hampir saja aku
terbunuh.
Sekarang, sudah tak
kutemukan lagi seperti dulu
Dulu kau seakan purnama
yang kutunggu
Dulu kau sesempurna
dahlia hiasi taman,
Sekarang?
Kau syetan yang
kelaparan, mencari mangsa yang lain.
Kau anjing hutan yang
ganas, mencabik dengan seenaknya.
Menampar logikaku
Menghapus ingatanku
-Ulfah Khoi, 07 Juli
2017 09:52-
BIODATA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.