Sumber Gambar: Google |
Pendosa yang Mengejar Surga
Aselia Sri Astuti
Di kala
senja datang, aku terbaring lelah di ranjang, ditemani cahaya langit di ufuk
barat, diiringi senyum lelah pada wajah yang seakan begitu polos dan tahu
apa-apa. Bahkan, aku tak bisa memungkiri bahwa aku adalah seorang remaja yang
besar di keluarga yang sangat jauh dari bimbingan Agama. Orang tuaku sibuk akan
bisnisnya dan melupakan kewajibannya sebagai orang tua. Aku dibesarkan oleh
seorang pembantu sehingga aku kekurangan kasih sayang dan harus ku akui bahwa
keseharianku memang sangat jauh dari Agama.
Sepulang
sekolah, aku tak pernah tinggal di rumah, hanya ganti pakaian yang begitu
terbuka lalu pergi bersama teman-teman untuk bersenang-senang dan bahkan kami
minum minuman keras sampai mabuk berat, dan pergaulan bebas.
“Sean,
sudah kita pulang saja!” ucap temanku kepadaku.
“Sudahlah
Yul, kita nikmati saja malam ini nggak usah terbebani.” Ucapku kepada Yuli
salah satu temanku.
Malam
pun semakin larut aku sudah mabuk berat bahkan berdiripun sangat susah apa lagi
aku harus mengendarai mobil untuk pulang ke rumah. Tetapi tetap saja, aku
mengendarai mobil walaupun dalam kondisi dibawah sadar.
“Pelan-pelan
dong Sean, nggak usah ngebut-ngebut aku takut.” Ucap Yuli
“Iyya,
iyya nggak usah bawel!”
Sesampai
di rumah, aku bertemu dengan kedua orang tuaku yang baru kembali dari luar
kota.
“Dari
mana saja kamu Sean? Pulangnya larut malam, ini yang biasa kamu lakukan ketika papa
dan mama tidak ada di rumah?” Ucap papa.
“Dari
rumah teman Pa”
“Dari
rumah teman tapi pakaiannya seperti itu?” ucap papa yang begitu marah, melihat
ku yang hanya mengenakan mini dres di atas paha tanpa lengan.
Tanpa
menghiraukan kata-kata papaku, aku langsung menuju kamar lalu menguncinya.
“Salahnya
sendiri tidak pernah tinggal di rumah!” kataku menggerutu.
Setelah
kejadian itu, orang tuaku memasukkanku ke pesantren, dan aku di pindahkan dari
sekolah yang elit jadi sekolah yang ibarat neraka bagiku. Yah, aku mengatakan
bagai sekolah neraka karna yang dilihat hanyalah perempuan tak ada lelaki. Aku
gerah mengenakan pakaian seperti ini yang harus menutupi dada, aku tak sanggup
untuk bangun di sepertiga malam, ini neraka bagiku. Aku akan menelpon papa, aku
ingin pulang.
“Halo,
pa aku mau pulang! Sekolah ini seperti neraka bagiku, ku mohon pa jemput aku
(Sambil menangis tersedu-sedu).”
“Kamu
harus tetap disana. Ini untuk kebaikanmu nak! Maafkan papa, papa sayang sama
kamu.”
“Kalau
papa sayang sama aku, harusnya papa jemput aku.”
“Selamat
beraktifitas sayang, Assalamualaikum.”
“Pa,
jangan matiin dulu pa, ah….”
Rasanya
sangat suram. Tetapi, banyak teman-teman yang lain menghiburku selalu
mengajakku untuk melakukan kebaikan yang menurutku dia sangat menyukai berada
disini berbeda dengan diriku.
“Sean,
aku tahu kok bagaimana perasaan kamu. Aku juga pernah merasakan apa yang kamu
rasakan. Dulu aku selalu keluar rumah menggunakan rok mini, tapi sekarang
lihatlah diriku, aku menutup auratku untuk menunaikan kewajibanku sebagai
seorang muslimah dan aku yakin dengan jilbab panjang ini, orang-orang akan
lebih menghargaiku.” Ucap Annisa salah satu santri di pesantren tersebut.
Setelah
aku fikir-fikir apa yang di katakana Annisa itu betul. Ketika aku keluar dari
pesantren lalu lewat di depan lelaki, banyak lelaki yang menggodaku, sedangkan
Annisa, ketika dia lewat lelaki tersebut hanya mengucap salam kepada Annisa.
Perlahan
aku pun belajar dari Annisa yang sudah saya anggap sebagai saudara perempuanku
yang ingin melihat saya baik. Dia yang selalu mengajakku menuju kebaikan dan
menjauhkanku dari yang munkar.
Kehidupanku
di pesantren mulai berubah. Aku juga telah menggunakan jilbab panjang yang
menurutku itu sangat anggun. Tak hanya itu, kini aku sadari betapa berdosanya
aku dulu, betapa hinanya diriku yang rela dicicipi oleh lelaki yang bukan
mahromku, aku kotor sangat sangat kotor. Aku dilumuri dosa. Ya Allah maafkan
aku yang khilaf selama ini, jauh dari kata baik untuk mendapatkan gelar seorang
hamba-Mu.
Aku
tahu masa laluku memang sangat buruk, untuk itu aku ingin lebih baik lagi.
Bagiku, tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu, dan tidak ada juga
orang jahat yang tidak punya masa depan, semua orang mempunyai kesempatan untuk
berubah menjadi lebih baik lagi. Jadi, kumohon jangan mengungkit masa laluku
karna aku telah berhijrah, ya inilah aku si pendosa yang mengejar surga.
Biodata Penulis:
Penulis
lahir di Bantaeng 23 November 1997. Anak pertama dari 3 bersaudara. Saat ini
aktif sebagai Mahasiswa Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
ASELIA
SRI ASTUTI
aseliasriastuti@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.