Tiada rasa menerkam jiwaku
:selain duka dan nestapa
Senandung asmara telah melukai sanubariku
Bergoncang dengan tatapan mata
Di depan, terlihat sepasang burung berjalan mesra
Seperti sedang menggodaku, sepanjang mata tetap menatap.
Karena wajahku tertunduk lesu, tak mampu kembali pada
sedia kala.
Mestinya ia tak menggodaku, atau pun menghiburku.
Barangkali doa mampu menghiburku
Dalam setiap cerita baru untuk berlalu
Mungkin saja aku tak mungkin berlalu
Biarkan asmara tetap bertalu
Untuk sekedar membingkai hati dan cerita masa lalu
Sepanjang itu, aku menyaksikan
Wajah-wajah lesu, terkadang ceria.
Bertemu cahaya asmara dalam mimpi
Walau berpisah dalam janji yang mengundang luka
Barangkali sesuatu itu telah terlampaui
Hingga doa sesekali terhenti,
Pada sunyi. gundah itu telah membunuhku
Dalam silam yang berpihak pada dirinya
Aku pun tak mengerti.
Seutuhnya kupanjatkan doa
Dalam harapan yang telah berlalu
Ketika semua hajat telah menjadi gundah
Kan tenggelam dalam segala ayat-ayat doa
Untuk bermunajat. penuh ampun
Terjulur dalam setiap penyesalan raga
Tiba-tiba tenggelam dalam setiap
Membawakan cerita masa lalu itu.
Malang,2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.