Tak putus asa,
berbekal nilai lapor yang termasuk tinggi di kelasnya, ternyata pada suatu hari
Nida jadi perwakilan sekolahnya untuk menghadiri ulang tahun toko buku ternama
di tempat Nida Tinggal. Hari itu juga Nida membawa pulang beberapa voucher buku
yang bisa diambil dari toko tersebut. Esoknya ia sudah kegirangan bisan membawa
serta 20 buah buku yang ia incar-incar dari beberapa bulan yang lalu.
Di saat semua teman
temannya bisa dengan mudah mendapatkan fasilitas dari kedua orang tuanya, Nida sudah berpikir bagaimana
menghasilkan uang jajan yang bisa dimanfaatkannya untuk mengikuti kursus bahasa
perancis. Nida muda sudah membuat rancangan keuangannya sendiri yang ia rancang
setiap akhir bulan. Baginya tak ada waktu yang sia sia untuk dikeluh kesahi. Nida
giat belajat siang dan malam. Ada sejuta semangat positif yang membara
tersimpang didalamnya.
Uang jajan yang pas
pasan membuat Nida selalu menjadi sosok yang kreatif. Uang hasil juara lomba
yang sering Nida ikuti, ia tabung untuk usaha kecil kecilan sendiri dari rumah.
Akhirnya uang itu terkumpul sudah untuk membuka gerai mini booth coffee shop
vintage. Kedai kopi mini ia dirikan di di salah satu area strategis di dekat
pasar rumahnya. Booth vintage coffe shop miliknya didesain dengan warna coklat
vintage. Utasan tali warna warni yang menjadi hiasan di atapnya, dengan slogan “life
is too short if you don’t try our delicious coffee”.
Setiap pulang sekolah
Nida selalu mengelola booth kopi bersama teman masa kecilnya, Mita. Jiwa bisnis
Nida bergelora bagai titisan warisan dari sang Ayah. Nida dan Mita masih butuh waktu untuk meriset citra rasa beberapa
sampel kopi tradisional dan kopi brand luar.
Digerai mini booth coffee shopnya, Nida meracik ramuan special kopi
tradisional yang dikemas menarik.Ia menjajakan kopi asli Gayo,Kopi Kawa
Daun,Kopi Kintamani Bali dan beberapa varian kopi latte. Baginya sebagai anak
muda mengenalkan kopi tradisional dan kopi varian luar menjadi keasyikan
tersendiri baginya. Nida tak putus asa untuk
belajar dari Nol. Ia semangat untuk ikut kursus barista demi mempelajari
setiitk ilmu cara meracik kopi.
Usaha kecil kecilan itu berhasil ia jalani
dengan baik, omset yang ia dapat membuat Nida mampu untuk membiaya persiapan
kuliahnya sendiri. Cita-cita Nida untuk mengambil jurusan e-commerce di ENS
Paris membuatnya tak patah arang. Banyak jalan menuju Roma, banyak cara untuk
meraihnya seperti sejarah terciptanya Kopi Kawa Daun. Nida mulai giat mencari
informasi penting terkait dengan scholarship yang ditawarkan oleh Universitas
tersebut. Uang yang ia tabung selama berbisnis kopi dan kosmetik berbahan
mentah kopi yang ia pasarkan diline online shopnya lebih dari cukup dalam
mengantarkan Nisa untuk mengurus Visa dan persiapan test IELTS. Persiapan demi
persiapan yang mengantarkan banyak biaya, tak jauh dari planning yang sudah ia
rancang sendiri. Hidup Nida memang tak semudah yang dibayangkan orang-orang.
Namun baginya ada setetes kenikmatan tersendiri yang dirasa.
Perjalanan panjang dan
kesabaran Nida berbuah hasil manis. Cita-cita nya sudah di depan mata. Pihak
Universitas akhirnya mengumumkan hasil pengumuman beasiswa. Dan Nida adalah
salah satu penerima beasiswa tesebut. Seusai
mendapat informasi tersebut ia tertegun sembari meneguk secangkir kopi chococino
latte dibooth miliknya. “Akhirnya Tuhan mengambulkan satu dari beberapa mimpi
yang hendak aku raih ....”Ada rasa manis,nikmat dan lepas dan bangga akan jerih
payah yang ia usahakan sendiri.
Seperginya kuliah
menuntut ilmu di negeri orang. Bisnis gerai coffee shopnya ia titipkan dengan
Mita dan diambil alih oleh sang kakak. Nida percaya ini menjadi titik awal
semangat juang yang tiada padam. Ia akan merindukan sosok Ibunya yang selama
ini berjuang sendirian di tanah kelahirannya. Ya perjalanan menuju kota
Perancis sudah di depan mata. Hari demi hari Nida sudah memasuki masa masa baru
di kota Paris.
Beberapa tahun berlalu
sejak itu....
Kini, namanya menjadi
salah satu officer di badan UNDP bermarkas di kota Paris. Tak banyak yang tahu
bagaimana perjuangan Nida meraih impiannya. Selepas ia kuliah di Paris, ia
berhasil lulus recruitment pegawai badan dunia tersebut. Tetesan haru, bangga,
dan sedih tercampur jadi satu. Baginya semua prestasi yang ia raih, menjadi
hadiah yang ingin ia persembahkan untuk Ayahnya yang sudah lama tiada. “Ah ...
andaikan Ayah masih ada” ujar nya sendu ketika mendapatkan surat tanda
kelulusan.
Setapak demi setapak
perjalanan panjang yang Nida lakukan sudah berbuah manis. Keputus-asaan baginya
hanya menjadi penghalang seseorang untuk sukses. Kini jalan berliku panjang yang
ia jalani satu persatu teruntai bagaikan sejarah unik terciptanya kopi Kawa
Daun. Awalnya ketidak mampuan untuk memiliki biji kopi terlezat di zaman itu,
tak membuat mati akal bagaimana menikmati citra rasa kopi. Meski tak
mendapatkan kesempurnaan hidup, bagi Nida ada banyak cara untuk menikmati
setiap tetes lezat perjuangan dalam meraih mimpi.
TAMAT
Biodata Penulis :
Penulis mencintai dunia menulis sejak kelas 2 SMP. Sejak kecil penulis menyukai novel dan cerpen. Tiada hari tanpa aktivitas membaca bagi penulis. Saat ini penulis aktif membuat karya karya cerpen selain bergelut di bidang blogger.
Ingin karyamu dimuat di sastraindonesia.org? Simak ketentuannya di sini
Ingin karyamu dimuat di sastraindonesia.org? Simak ketentuannya di sini
0 Response to "Di Balik Seduhan Kopi Kawa Daun 2 - Rahmaleni"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.