Aku dan secangkir kopi, pagi ini.
Menatap nanar pada cahaya matahari yang tak mampu
menembus awan.
Pagi ini begitu dingin, gerimis mulai datang.
Aku hanya bisa terdiam di sudut cafe, dan memandangi
rintik air di jendela.
Aku harus terbiasa,
Melewati pagi tanpa sapaanmu,
menempuh siang tanpa
genggaman tanganmu,
juga malam tanpa candamu.
Bayanganmu yang perlahan memudar, seiring
kepergianmu.
Kepergianmu bukan hanya membuat luka, tapi nelangsa.
Langit seakan menangis melihatku.
Kaku, diam, dan sekarat.
Entah kenapa waktu begitu kejam,
Aku hanya bisa tertunduk kaku pada malam,
pada
dinginnya tanganmu.
Aku hanya mampu berpasrah pada hujan,
ketika hari
pemakamanmu.
Aku tak mempunyai pundak untukku bersandar,
ketika
kepergianmu mematahkan segala harapanku.
Adakah kamu bahagia di sana?
Adakah kamu menungguku di sana?
Menungguku menyelesaikan hidupku di sini,
menjalani
kehidupan tanpa tujuan ini.
Mungkin jika kamu tak memintaku waktu itu, aku telah
berhenti.
Aku tak akan mau lagi bernapas, tak izinkan jantung
ini berdetak.
Tapi demi kamu,
aku bertahan.
Bertahan hidup sedikit lebih lama.
Pagi ini, aku duduk sendiri di pojok cafe.
Memandang
rintik hujan di luar.
Hanya aku, secangkir kopi hangat,
dan senyumanmu
yang sedikit memudar.
Biodata Penulis :
Seorang perempuan yang mencoba mengungkapkan segala
yang ada dipikirannya. Menulis adalah cara terbaik yang diketahuinya. Lahir
pada 13 Oktober, di kota Kendal. Dibesarkan oleh keluarga sederhana dan
mempunyai 2 orang adik. Menulis bukan hanya hobi, tapi sebuah mimpi. Memiiliki
hobi membaca, mendengarkan music, dan punya ketertarikan besar dengan Anime.
Suka dengan segala hal berbau animasi, juga Costplay. Mari berteman. Temui aku
di FB : Hennie Hachi Septia, Instagram : @hachihennie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.