Selasa, 14 Februari 2017

Sebatang Cokelat - Natalia Dennoupa


Aku mulai merasa bahwa sebatang coklat ini memang tak begitu berarti. Hanya ditinggalkan pemiliknya di tengah jalan atau mungkin terjatuh saat ia melaju kencang membelah jalan.

Tapi, akhir-akhir ini coklat itu jadi menyeramkan.

Menyeramkan dari segimana? Entahlah, itu hanya menurutku saja.

Sejak coklat itu kubawa ke rumah. Tak sekalipun pembungkusnya dibuka. Tak ada hasrat untuk menikmatinya. Hanya jadi pajangan,mungkin juga sebagai alat mengelabui teman. Mengatakan diberikan seseorang yang special.

Malam ini seperti biasa, memandangi coklat itu. Ah, aku kembali memikirkan hal aneh. Barangkali ini coklat yang ditinggalkan alien. Atau di dalamnya bukan coklat melainkan darah yang dibekukan? Baunya saja buat aku merinding. Busuk. Yang jelas sejak pertama kuambil di jalan. Bau itu yang selalu kucium.

Jangan-jangan benar di dalamnya ada tumpukan mata manusia yang membusuk. Astaga, pikiranku semakin gila.Perlahan kubuka. Dengan was-was kukejamkan mata. Jangan sampai tebakan aneh benar adanya. Sedikit terbuka, baunya sangat menyengat melebihi kotoran kuda. Srek. Bungkusan itu terbuka setengah. Tak ada yang aneh. Ini seperti coklat hanya berbau... busuk.

Satu gigitan saja. Ya, satu gigitan tak kan buat aku kenapa-napa. Em, mungkin saja rasanya tak buruk. Perlahan coklat ini menyentuh bibir dan... prak. Huek.Ini bukan coklat, darah yang beku, atau tumpukan mata.

Ini... TERASI!


Biodata :
Natalia Dennoupa

Natalia Dennoupa. Penulis kelahiran 23 September 2001. Tinggal dan besar di Singkawang, Kalbar. Saat ini masih bersekolah di SMPN 14 Singkawang. Dapat menghubungi lewat akun facebook Natalia Dennoupa dan e-mail ndennoupa@gmail.com.


Ingin karyamu dimuat di sastraindonesia.org? Kirimkan karyamu ke sastraindonesiaorg@gmail.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.